Senin, 09 Juni 2014

Profil Ma’had Al-Jami’ah STAIN Curup



Ma'had Al-Jami'ah adalah sebuah tempat, dimana saya tinggal untk sementara waktu, dalam perjalanan hidup saya untuk menuntut ilmu. (emang ilmu punya salah apa yaak, kok pake dituntut segala ?)
ukee,, selamat membaca..



 
Sejarah telah mengabarkan bahwa, tidak sedikit keberadaan ma’had telah mampu memberikan sumbangan besar pada hajat besar bangsa ini melalui alumninya. Dengan demikian, keberadaan ma’had dalam komunitas tinggi Islam merupakan keniscayaan yang akan menjadi pilar penting dari sebuah bangunan akademik.
Beranjak dari pengertian tersebut, sangatlah tepat jika STAIN Curup memandang bahwa kebaradaan ma’had sangat urgen untuk direalisasikan dengan program kerja dan semua kegiatannya berjalan secara integral dan sistematis dengan mempertimbangkan program-program yang sinergis dengan visi dan misi STAIN Curup.
Seiring dengan pergantian pimpinan STAIN Curup, keberadaan asrama mendapat perhatian langsung yang penuh dari Ketua STAIN Curup (periode 2003-2007) Bapak Drs. Abd. Hamid As’ad, M. Pd. I. Menyadari keterbatasan sarana yang ada, kurangnya perhatian pimpinan terhadap pengelolaan asrama, pada hal disisi lain asrama menjadi daya tarik yang kuat bagi calon mahasiswa yang berasal dari luar kota Curup dan dianggap sangat efektif membina mahasiswa untuk mewujudkan visi misi STAIN Curup, munculah gagasan dari beliau untuk meningatkan status asrama menjadi “Ma’had al-Jami’ah semacam pesantren perguruan tinggi.
Gagasan itu dimulai dengan melakukan study banding pada tahun 2004 ke Ma’had Sunan Ampel Al-‘Aliy yang ada di UIN Malang sangat sukses dengan program Ma’hadnya. Kemudian ditahun 2005 mulai dianggarkan pembangunan gedung ma’had sebagai sarana tempat mondok (asrama) yang layak dan nyaman untuk para santri. Lokasi gedung ini tepat dibelakang asrama lama (lokal 8,9, dan 10). Setelah selesai proses pembangunannya, gedung tersebut mulai ditempati pada pertengahan tahun 2006. Selanjutnya tahun 2010 STAIN Curup dibawah pimpinan Ketua Dr. H. Budi Kisworo, M. Ag merenofasi ruang belajar yang dahulunya merupakan tempat asrama lama. Renovasi bangunan tersebut menghasilkan gedung bertingkat dua dengan dwi fungsi, yaitu ruang bawah dijadikan sebagai asrama putri dan ruang atas berfungsi sebagai lokal belajar. Dengan sarana asrama yang ada sekarang, Ma’had STAIN Curup yang dulunya bernama Ma’had ‘Aliy bisa menampung 200 santri.
Dengan visi “Menjadi pusat peningkatan kualitas Aqidah dan akhlak, pendalaman spiritual dan amal ibadah, penguasaan al-Qur’an, pengembangan ilmu keislaman.” Adapun misinya antara lain :
a.       Mengantarkan santri memiliki aqidah yang kuat, kedalaman spiritual, keluhuran akhlaq, dan ketekunan beribadah.
b.      Menanamkan kecintaan membaca,mengkaji dan, menghafal al-Qur’an.
c.       Memberikan keterampilan berbahasa Arab dan penguasaan ilmu keislaman.      
Serta motto Ma’had al-Jami’ah STAIN Curup yaitu “Ilmu, Iman dan Amal”. Dengan tujuan menciptakan suasana kondusif bagi pengembangan kepribadian mahasiswa (santri) yang memiliki kemantapan aqidah dan ibadah, keagungan akhlaq karimah, mengembangkan kegiatan keagamaan, mengembangkan penguasaan bahasa Arab, dan melahirkan para penghafal al-Qur’an, maka ma’had di STAIN Curup menyelenggarakan program khusus yang dilaksanakan ba’da mahgrib sampai waktu isya’ tiba.
Pengelolaan ma’had al-Jami’ah STAIN Curup dilaksanakan dengan sebuah sistem organisasi yang ditetapkan oleh Ketua STAIN Curup yang secara struktural dan terdiri dari pelindung dan penanggung jawab yaitu Ketua STAIN Curup, penyantun yaitu para pembantu Ketua STAIN Curup, Mudir yaotu dosen STAIN Curup yang dipilih dan ditetapkan Ketua STAIN Curup sebagai pelaksana harian yang memanage dan mengorganisasikan Ma’had secara keseluruhan. Dewan pengelola, dewan pembina yaitu seseorang yang ditunjuk untuk membina dan membimbing para santri secara langsung dalam aktivitas ritual dan akademik para santri, Musyrif/musyrifah yaitu santri senior yang memiliki kedudukan untuk membantu murabbiy/yah dalam pengontrolan pengawasan dan memberikan bimbingan kepada santri, dan yang terakhir yaitu santri.

Pacaran "Islami"

Awalnya kita berdua sudah temenan lamaaa...

Dan setelah itu, secara abstrak kita memberi nama lain hubungan ini, TTM!

Haha, mungkin iblis tertawa berbahak!!

 

Aku sadar....

hubungan kita sudah terlalu jauh, setelah ku pelajari Islam. Ku putuskan Hubungan tanpa status ini.

Aku mulai mengkaji Islam lebih dalam.

Oke, dengan berat kau menerima keputusan bahwa loe, gue, end!!

 

Lama, tidak terdengar kabarmu.

Kemudian kau datang dengan dirimu yang sudah berubah!

Ya, kau juga berubah seperti rubah berbulu domba!!

Karena kau mendekatiku dengan cara lain. Dengan... cara yang lebih “Islami”

 

Ah kamu..

 

Kalo laki-laki kebanyakan, ketika sms pacarnya mereka sebut kata sayang ke cewek mereka dengan sebutan: Mami, Bunda.. dll

Tapi kamu, menyebutku dengan sebutan “Umi”

Eh, emangnya aku Ibumu apa?

Sori gak mempan!

 

Lalu, kau tak menyerah, kau pun bertanya, eh lebih tepatnya pura-pura bertanya tentang Islam dan lain-lain menyangkut Islam. Supaya lebih deket! ehm

pun, Nanyain: "udah sholat belum....?" " bangun, saatx Tahajud" dll.

Sory, gak mempan juga!

 Walau, sedikit membuat pertahananku agak rapuh. Daan, ternyata aku masih menyimpan rasa itu.

 

Tapi lagi-lagi kau tak menyerah. Kau memberikanku sebuah hadiah!!

Sebuah bingkisan berisikan Al-qur’an.

Duh Allaaah,, Aku runtuuuuh....

 

Sialnya kau! (sory, kusalahkan dirimu)

Menerobos sistem pertahanan diri ini dengan hadiah!!!

 

Kau tau sekali bahwa selain senyuman dan kata-kata puitis “islami”, kau runtuhkan diri wanita dengan sebuah hadiah. Lalu,  udah gitu, pake dalil lagi!

“memberi hadiah itu sunnah Rasul” ujarmu.

 

Hei, Bukankah aku lebih tau itu daripada kamu?

Bahwa memberi hadiah sunnah, kecuali kalo hadiahnya yang menyangkut jabatan!!

 

Tapi, kau lupa (ato masa bodo?) lengkapnya hadits itu bahwa memberikan hadiah dapat saling menimbulkan rasa cinta??

 

“Saling menghadiahilah kalian niscaya kalian akan saling mencintai.”

(HR. Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad no. 594, dihasankan Al-Imam Al-Albani t dalam Irwa`ul Ghalil no. 1601)

 

Seharusnya aku yang “berilmu” ini bertanya:

“kenapa dari sekian banyak wanita, hanya aku yang kau berikan hadiah? Motifmu apa??”

Seharusnya aku menghindar!

Seharusnya aku marah!

 

aku memang lebih tau darimu, tapi aku belum lebih paham.

Karena...

Ternyata, aku menerimanya..

Ternyata, karenanya aku senang..

Ternyata, kita tambah dekat..

Ternyata...............

 

Bayangkan!

Bagaimana mungkin aku melangkah untuk berbuat baik dalam menyampaikan Islam yang kupelajari, sedangkan ada benda milikmu yang ku simpan yang jika ku memandangnya teringat akan dirimu??

 

 

aku bergolak dengan pikiranku.

Sudah terlalu jauh kita melangkah.

Ya Rabb, ampunilah kami. Melampaui batas dalam berinteraksi

 

It is enough!!

Ku kembalikan hadiahmu...

Ini, ku balikin!!

 

Stop!

Kalo mo balik lagi ke aku, tunggu saat kau siap untuk melamarku:D

Jika tidak, jangan coba dekatin aku dengan rayuanmu.

enyahlah kau dengan semua paham gombalisme-mu!!

enyahlah

 

 

aku seperti mutiara di dasar laut.

 

hanya tempat yang dalam aku berada dan terlindung dengan apik

hanya orang dengan kemampuan handal yang bisa mengambilku.

hanya orang tertentu yang bisa mendapatkanku.

 


aku seperti mutiara di dasar laut.